Blog yang berisi panduan, informasi, dan tips-tips tentang dunia perkuliahan yang bisa membantumu agar jadi Bintang Kampus

Sabtu, 26 Agustus 2017

Contoh Makalah Psikologi Studi Kasus Gejala Emosi

Dalam ilmu Psikologi, terdapat materi yang menjelaskan gejala emosi yang terdapat pada diri manusia. Agar lebih memahami tentang apa itu gejala emosi, maka di artikel kali ini BintangKampus akan diberikan sebuah contoh makalah yang menganalisis suatu film dari sisi Psikologi khususnya tentang materi gejala emosi. Dari pemaparan ini akan dijelaskan adegan-adegan mana saja dalam film yang mengandung unsur-unsur gejala emosi. 

MAKALAH PSIKOLOGI
STUDI KASUS GEJALA EMOSI DALAM INTERAKSI ANTAR MANUSIA
“Film Tanda Tanya (?)”

Makalah Psikologi, Studi Kasus Film Tanda Tanya, gejala emosi, tugas kuliah, bintang kampus, toleransi, plurarisme
Sumber : agarigi.com

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali. Bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah-ceramah penerangan dan pendidikan, film kini banyak digunakan sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan (effendy, 2003:209).

“Tanda Tanya” (?) - Masih Pentingkah Kita Berbeda? adalah film drama Indonesia yang dirilis pada tanggal 7 April 2011 dengan disutradarai oleh seorang sineas kondang Indonesia, Hanung Bramantyo, dan dibintangi oleh pemeran utama: Reza Rahadian dan Revalina S. Temat.

Tema dari film ini adalah pluralisme agama di Indonesia yang sering terjadi konflik antar keyakinan beragama, yang dituangkan ke dalam sebuah alur cerita yang berkisar pada interaksi dari tiga keluarga, satu Buddha, satu Muslim, dan satu Katolik, setelah menjalani banyak kesulitan dan kematian beberapa anggota keluarga dalam kekerasan agama, mereka mampu untuk hidup berdamai.

Besutannya ini dimaksudkan untuk melawan penggambaran Islam sebagai "agama radikal". Namun, beberapa kelompok Muslim Indonesia, termasuk Majelis Ulama Indonesia (MUI), Front Pembela Islam (FPI), dan Nahdlatul Ulama (NU), memprotes keras film ini karena isi pesan pluralisnya.

Dalam film ini terdapat adegan-adegan yang menggambarkan gejala emosi mulai dari perasaan marah pemeran Sholeh karena istrinya Menuk diharuskan bekerja saat Hari Raya Ied oleh majikannya yang beragama Buddha sampai perasaan cinta beda agama antara Surya dan Rika. Dan juga terdapat perasaan yang berkaitan dengan kekuasaan dan eksistensi Tuhan.

II. PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Kasus

Keberagaman dan toleransi merupakan dua hal yang saling terkait, terutama jika menyangkut masalah keagamaan dan suku bangsa. Indonesia sebagai negara berpenduduk mayoritas Muslim dengan berbagai macam etnis dan kebudayaan, memiliki banyak kisah perihal toleransi yang menarik untuk diangkat dalam tayangan layar lebar. Hanung Bramantyo sebagai seorang sutradara kawakan tergerak untuk dapat menghadirkan kisah dengan latar belakang perbedaan ini kepada masyarakat Indonesia. Film ini dirilis pada 7 April 2011 di bioskop-bioskop Indonesia. Film ke 14 Hanung Bramantyo ini mengisahkan tentang konflik keluarga dan pertemanan yang terjadi di sebuah area dekat Pasar Baru, dimana terdapat Masjid, Gereja dan Klenteng yang letaknya tidak berjauhan, dan para penganutnya memiliki hubungan satu sama lain.

Dikisahkan kehidupan keluarga-keluarga yang hidup ditengah perbedaan etnis dan agama. Hidup berdampingan dalam lingkungan yang dikelilingi oleh Masjid, Gereja dan Klenteng. Keluarga Tan Kat Sun, pemilik restoran Canton masakan Cina yang walaupun menyediakan 61 masakan tidak halal, namun dengan kesadaran dan toleransinya yang tinggi, ia juga mengakomodir kebutuhan makanan halal bagi pelanggan muslim-nya. Walaupun banyak mendapat ketidakyakinan akan kehalalan masakan halal-nya, penganut Budha yang taat ini berbesar hati dan konsisten untuk tetap menghargai karyawan, tetangga maupun pelanggan muslimnya.

Rika, seorang mualaf Kristen, janda dengan seorang anak, yang tetap mengajarkan iman islam kepada Abi anaknya bahkan mampu mendatangkan kembali orang tuanya ke rumahnya dalam syukuran khatam Al-Quran putra semata wayangnya. Tersirat dikisahkan Rika memiliki hubungan dengan Surya pemuda muslim yang bersedia memerankan tokoh Yesus yang disiksa dan disalib dalam drama Paskah juga sebagai Yosef, suami Maria ibu Yesus dalam drama Natal. Rasa toleransi beragama yang tinggi dari sang majikan membuat Menuk, satu-satunya anak buahnya yang berjilbab, sangat loyal terhadap Tan Kat Sun. Namun, Soleh, suami Menuk, cemburu pada Ping Hen alias Hendra, anak Tan Kat Sun.

Latar belakang anugrah saling mencintai dalam perbedaan agama yang pernah dijalin Hendra dan Menuk membuat pasangan suami-istri ini sering berselisih paham. Lewat film yang diilhami oleh kisah nyata ini, Hanung Bramantyo mencoba mengumandangkan pesan tentang toleransi beragama yang dinilainya kian luntur belakangan ini. Film yang mengedukasi kaum muda yang sudah terkontaminasi jalan pikirannya bahwa berbeda itu haram, untuk kembali diluruskan sehingga dapat memaknai indahnya perbedaan dalam kasih. Seperti judulnya, “Tanda Tanya”, film ini pun meninggalkan tanda tanya dalam hati saya setelah menyaksikannya. Sebuah tanda tanya sangat besar sepertinya. Tanda tanya yang tersisa seperti dalam tag-line film ini: “Masih pentingkah kita berbeda?” di negeri yang pada masa merebut kemerdekaannya, telah menumpahkan darah anak-anak bangsa yang tidak hanya dari satu agama maupun etnis.

Tetapi yang faktanya dapat kita lihat di taman makam pahlawan di seluruh negeri ini, bahwa darah tertumpah untuk merebut kemerdekaan juga tertumpah dari anak bangsa yang beribadah di masjid, gereja, vihara maupun pura. Hanung Bramantyo, dalam film ini sangat jeli memperhatikan hal-hal kecil. Banyak dijumpai gambar-gambar yang dapat memperkuat visualisasi dan tata artistik. Setiap lokasi memiliki detil-detil kecil yang teliti sehingga memberi kesan sangat realistis. Walau bukan film komedi, tak ada slapstick tetapi beberapa adegan sanggup membuat saya tertawa terbahak karena adegan-adegan tersebut sering terjadi dalam keseharian kita. Ketika tertawa, film ini membuat penonton menertawakan realitas Indonesia sebagai negara plural yang tidak siap menjadi pluralis.

2.2 Tinjauan Konsep Gejala Emosi

Perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian, perasaan sering juga berhubungan dengan gejala mengenal. Perasaan ialah suatu keadaan kerohanian yang kita alami dengan senang atau tidak senang dalam hubungan dengan peristiwa mengenal dan bersifat subjektif.

Emosi adalah merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat, karena itu emosi lebih intens daripada perasaan, dan sering terjadi perubahan perilaku, hubungan dengan lingkungan kadang-kadang terganggu.

Pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Carlson, 1987) adanya tiga rules, yaitu:

1. Masking
Yaitu keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan atau dapat menutupi emosi yang dialaminya.

2. Modulation
Yaitu orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai gejala kejasmaniannya, tetapi hanya dapat mengurangi saja.

3. Simulation
Yaitu orang tidak mengalami sesuatu emosi, tetapi seolah-olah mengalami emosi dengan menampakkan gejala kejasmanian.

2.3 Analisis

Dari film tersebut dapat diketahui beberapa unsur gejala emosi yaitu sebagai berikut:

1. Perasaan Intelektual : yaitu perasaan yang berhubungan dengan kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah, misalnya : senang atau puas ketika berhasil (intelektual positif), kecewa atau jengkel ketika gagal (intelektual negatif). Berikut adalah adegannya:
  • Soleh yang tidak bekerja menjadi sosok yang mudah emosi / marah. Ketika istrinya membicarakan masalah keuangan keluarga untuk membiayai SPP adiknya Soleh selama 3 bulan, Soleh tiba-tiba marah tidak jelas dengan raut muka yang kesal seakan-akan menggambarkan kekecewaan karena belum mendapatkan pekerjaan dan merasa harga dirinya lebih rendah dari pada istrinya yang sudah mempunyai pekerjaan.
  • Selain itu, juga terlihat saat Soleh mengunjungi toko buku temannya yang bernama Rika. Dia ingin mencari pekerjaan di toko itu, namun tidak ia dapatkan dan ia pun marah kepada Rika dengan mengungki-ungkit mantan suaminya, Panji, hingga akhirnya keduanya bertengkar hebat.
  • Dan juga ketika Soleh mengunjungi istrinya yang sedang bekerja dan marah-marah di depan semua pembeli karena merasa istrinya lebih hebat dibanding dirinya.

2. Perasaan harga diri : yaitu perasaan yang berhubungan dengan penghargaan diri seseorang, misalnya rasa senang, puas, dan bangga akibat adanya pengakuan dan penghargaan dari orang lain atau sebaliknya.
  • Rika yang merasa dirinya dikucilkan oleh orang-orang sekitar dan teman-temannya karena dia berpindah agama dari Islam ke Katholik dan merasa teman-temannya belum bisa menerima keputusan yang diambilnya.
  • Kekesalan dari anak Rika, Abi, yang belum bisa menerima perpindahan agama ibunya, sehingga Rika begitu terpukul melihat anaknya yang tidak mau bicara dengannya.

3. Simpati : adalah suatu kecenderungan untuk ikut serta merasakan segala sesuatu yang sedang dirasakan orang lain. Simpati dapat timbul karena persamaan cita-cita, mungkin karena penderitaan yang sama atau karena berasal dari daerah yang sama,dan sebagainya.
  • Saat Mami restoran memberikan nasihat untuk Menuk yang suaminya habis marah-marah di depan restoran.
  • Kemudian datang Rika untuk memberikan semangat untuk Menuk.

4. Perasaan yang bersifat individual atau subyektif.
  • Saat Rika masih berada di Gereja, karena sudah berjanji dengan anaknya untuk menjemput, sehingga Rika kelihatan cemas (ansietas). Tetapi, ketika sudah menjemput anaknya, Surya temannya yang menemani anak Rika merasa tenang-tenang saja.

5. Perasaan Sosial (kemasyarakatan) : yaitu perasaan yang cenderung untuk mengkikatkan diri dengan orang-orang lain, misalnya perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa simpati atau setia kawan dan sebagainya.
  • Tan Kat Sun, pemilik restauran makanan China yang memisahkan peralatan memasak dan bahan untuk membuat makanan haram (babi) dan makanan halal untuk menghormati agama selainnya.

6. Intensitas perasaan yang dipengaruhi faktor fisik dan psikis, misalnya dahulu, perasaan saya apabila mendengar musik dangdut muak sekali, tetapi sekarang, begitu mendengar alunan musiknya saja sudah ingin joget.
  • Reaksi Hendra dan Menuk ketika berpapasan selalu berhenti dulu lalu saling menatap dan kemudian pergi. Hal ini dikarenakan Hendra dan Menuk dulunya pernah mempunyai perasaan suka. Dan mungkin ketika Hendra melihat Menuk dia agak merasa kecewa dengan masa lalunya.

7. Affek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa dan tidak bisa dikontrol serta dikuasai oleh pikiran. Affek biasanya disertai reaksi jasmaniah, yaitu peredaran darah, denyut jantung, dan pernapasan bisa cepat atau menjadi lemah. Emosi adalah gejala kejiwaan yang berhubungan dengan kejasmanian.
  • Rika yang sedang marah, melempar, membanting buku dari tangannya, dan menendang lemari buku, disertai mukanya merah, tensi darah meningkat, dan gemetar.
  • Juga Surya yang kesal karena datang tiba-tiba kena marah dengan membanting jaket kulitnya dan memaki balik Rika.

8. Perasaan excited atau inner feeling, yaitu perasaan yang dialami individu disertai perilaku atau perbuatan yang tampak, misalnya karena diterima masuk akademi keperawatan, perasaannya gembira disertai menari-nari.
  • Menuk yang tiba-tiba suaminya marah-marah di depan semua pembeli menjadi kaget ketika suaminya mengatakan cerai, sehingga Menuk merasa sedih dan menangis tersedu-sedu atas tindakan suaminya tadi.


III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seperti yang telah kita ketahui bersama, perasaan termasuk gejala jiwa yang dimiliki oleh semua orang dan tingkatannya tidak sama. Emosi adalah merupakan reaksi yang kompleks yang mengandung aktivitas dengan derajat yang tinggi dan adanya perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat, karena itu emosi lebih intens daripada perasaan.

Dari film di atas bisa kita lihat ada berbagai macam gejala emosi yang ditampilkan. Dengan menganalisis film dari sudut pandang psikologi ini diharapkan kita bisa menarik hikmah atau pelajaran yang bisa kita aplikasikan dalam kehidupan kita. Ambil yang baik, buang yang buruk. Semoga Bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Songo,Wali.2011.eprints.walisongo.ac.id. Jakarta: [Online].


0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Bintang Kampus | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com