Blog yang berisi panduan, informasi, dan tips-tips tentang dunia perkuliahan yang bisa membantumu agar jadi Bintang Kampus

Selasa, 13 September 2016

Contoh Makalah Kewirausahaan: Wawancara Pengusaha Ternak Cacing Tanah

Kali ini BintangKampus akan membagikan salah satu contoh makalah kewirausahaan tentang wawancara pengusaha ternak cacing yang ada di Malang, Jawa Timur.

Siapa sangka bahwa cacing tanah yang biasa kita lihat di pot-pot bunga atau di tanah dekat rumah kita bisa menjadi ladang untuk berwirausaha dan menghasilkan uang bagi kita. Cacing tanah sendiri dijual untuk obat penyakit Tifus baik dalam bentuk jamu, cacing yang sudah dikeringkan, atau dalam bentuk pil. Tanah bekas tempat perkembangbiakan cacing pun juga bisa dijual untuk dijadikan pupuk kompos. Hal ini karena terdapat kotoran dari cacing di tanah yang bisa membuat tanah menjadi pupuk kompos.

Berikut ini akan dijelaskan bagaimana kegiatan usaha ternak cacing yang dilakukan oleh Pak Abdul Aziz.

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Dokumen Pribadi : Foto bersama Pak Aziz pemilik usaha ternak cacing (baju merah tengah)

BUDIDAYA PERTANIAN TERPADU

Usaha ini dirintis sejak tahun 2005 dengan nama “Rumah Cacing” yang pada awalnya bergerak dalam pembudidayaan cacing. Sekian tahun berkembang usaha ini telah bermetamorfosa menjadi “Budidaya Pertanian Terpadu” dengan pengelolaan dalam bidang: Cacing, Jamur, Lele dan Sidat. Selain itu, usaha juga memproduksi hasil pertanian organik yaitu: Sayuran, Markisa, Pembibitan Organik, dan Pupuk Kascing Organik.
Biodata Pengusaha:
Nama : Abdul Azis Adam M
Panggilan : Adam
Umur : 39 tahun
Alamat : Jl. S. Supriyadi 9A/42,RT 07 - RW 04, Sukun - Malang, Jawa Timur
Telp/Hp : 0341-5366267 / 085755699111 / 087759728940
Pekerjaan : Budidaya Terpadu / Integrated Farming
(Jamur - Cacing, Perikanan lele & Sidat - Pupuk Organik -  Kebun Organik - Pembibitan)
Hoby : Pecinta Alam 
Pengalaman kerja : PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia (Juli 2000 - April 2009 QA Dept)
Produk : Cacing, Harga Rp.50.000/5kg, Kascing, Harga Rp.5.000/Sak/5kg

SEJARAH USAHA


Cacing bukan sekadar bisnis. Cacing itu kehidupan. Cacing meski relatif tidak kelihatan di mata manusia, tetapi selalu setia menjaga alam. Demikian prinsip Abdul Aziz Adam Maulida, peternak cacing yang berasal dari RT 007 RW 004 Kelurahan Sukun, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur.

Adam adalah seorang inisiator peternak cacing jenis lumbricus rubellus di Kota Malang. Pria lulusan S-1 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Jawa Timur, tersebut sekarang memiliki 600 meter persegi kandang cacing. Dari peternakan itu, dia bisa memproduksi cacing sebanyak 3-4 ton per bulan.

Harga jual cacing tersebut sekitar Rp 50.000 per kilogram. Pasar utamanya sekarang adalah wilayah Jawa Timur dan Bali. Bahkan, rumah Adam pun kini bisa dikatakan menjadi sentra cacing lumbricus di Jawa Timur.

Lewat cacing pula Adam yang semula hanya ”orang biasa” belakangan ini berubah menjadi mentor bagi sekitar 1.500 peternak cacing binaan yang tersebar di Bali dan Jawa Timur. Setiap Sabtu, Adam dan tim juga rutin menularkan ilmu bagi 40-50 calon peternak baru cacing di sekolah cacing yang dia dirikan.

Dalam berbagai kesempatan, Adam pun sering dipanggil oleh pemerintah untuk menularkan ilmu kepada berbagai elemen masyarakat. Adam seakan menjadi guru tentang cacing lumbricus.

Peran suami Heny Nurahmania ini bermula pada 18 Agustus 2010. Ketika itu, Adam memulai usaha beternak cacing. Awalnya sama sekali tidak terlintas di benak Adam mengenai usaha beternak cacing ini. Waktu itu, sarjana Teknik Industri tersebut memutuskan keluar dari perusahaan kertas terkemuka di Jawa Timur karena sesuatu hal.

Adam pun memantapkan diri untuk memulai usaha sendiri. Ia kembali ke tanah kelahirannya, Malang, Jawa Timur, pada awal 2010 dan memilih agribisnis dengan menggeluti budidaya belut yang sedang ngetren kala itu. Adam menggelontorkan modal sebesar Rp 20 juta, termasuk untuk membeli sekitar dua kuintal belut. Pada waktu itulah dia baru tahu kalau makanan belut adalah cacing. Selama sekitar setahun beternak belut, usaha Adam relatif gagal terus-menerus. Adam merasa telah gagal total. Saat itu yang tersisa hanya sekitar 6 kilogram cacing pakan belut.

(Baca juga: Contoh Makalah Politik)

Kertas dan besi bekas
Merasa gagal dalam bidang peternakan, Adam kemudian mencoba peruntungan lain. Dia berjualan kertas dan besi-besi bekas. Namun, 6 kilogram cacing sisa makanan belut yang dimilikinya tetap dia pelihara.

Bagi Adam, cacing-cacing itu adalah makhluk hidup sehingga harus dipelihara dan diberi makan apa pun kondisinya saat itu. Tak disangkanya, cacing yang semula hanya dipelihara tanpa tujuan tersebut justru terus berkembang.

Pada Agustus 2010 pula Adam mencoba menyetor cacing ke pemancingan yang ada di sekitar rumahnya. Rupanya cacing-cacing itu laku dijual dengan harga Rp 40.000 per kilogram. Bahkan, pemancingan-pemancingan lain pun membutuhkannya. Kebutuhan cacing bagi pemancingan-pemancingan itu sebanyak 5-10 kg per minggu.

Sejak saat itulah Adam mulai serius beternak cacing. Apalagi pada Juli 2011 ada permintaan cacing dari Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur. Dia diminta untuk menyuplai cacing bagi kebutuhan pakan indukan ikan sekitar 1 ton per bulan. Usaha cacing Adam pun semakin berkembang. Ketika itu harga cacing sudah naik menjadi Rp 50.000 per kilogram.

Januari 2013, saat kebutuhan cacing terus meningkat, Adam mulai mengajak kerabat dan teman-temannya untuk turut serta beternak cacing. Awalnya ternak cacing menjadi barang yang dianggap aneh bagi sebagian orang. Namun, ketika mereka tahu bahwa usaha ini menguntungkan, orang- orang pun mulai tertarik untuk mengikuti jejak Adam.

(Baca juga: Pengantar Ilmu Hukum)

Sekolah cacing
Pada Juli 2013 Adam resmi membuka kelas cacing di rumahnya. Kelas cacing inilah yang kemudian menjadi cikal bakal sekolah cacing yang sekarang diikuti oleh puluhan orang dari sejumlah wilayah setiap minggunya.

”Beternak cacing itu sebenarnya gampang asal kita mau telaten dan serius. Hal yang saya tekankan kepada binaan adalah agar mereka tidak semata-mata beternak cacing, lalu sudah puas dengan keberhasilan menjual cacing,” katanya.

Adam mengatakan, ”Tidak sekadar seperti itu yang saya ajarkan. Saya tekankan kepada mereka bahwa cacing bisa menjadi awal berbagai hal, seperti awal peternakan, perikanan, dan pertanian. Ternak cacing ini harus mendasari peternakan, perikanan, dan pertanian yang ramah bagi alam. Ini demi masa depan kita semua.”

Lewat cara tersebut, Adam berusaha mengajarkan bahwa ternak cacing adalah stimulan awal untuk usaha yang lebih besar dan berbasis keorganikan. Dia juga mengajarkan bahwa kotoran dan sisa ternak cacing pun bisa dijadikan pupuk kompos untuk menggenjot produksi pertanian (menggantikan pupuk kimia). Cacing pun bisa menjadi pakan sehat bagi ternak ayam atau bebek karena nonkimiawi.

”Intinya, cacing ini hanya fondasi awal. Masyarakat harus punya banyak usaha yang berbasis cacing. Tujuannya, agar secara perlahan kita bisa kembali pada kehidupan yang lebih sehat tanpa bahan-bahan kimia”, kata Adam.

”Kita bisa meninggalkan bahan-bahan kimia yang membahayakan tubuh dan alam ini. Semuanya butuh proses, tetapi harus dimulai saat ini juga dan dari diri kita sendiri”, ujar pria yang mendapat penghargaan sebagai aktivis penggiat lingkungan dari Wali Kota Malang pada 2013.

Adam sudah memulai upaya kembali ke alam yang sehat bersama sekitar 1.500 binaannya. Dia juga mendirikan Komunitas Pengusaha Pertanian Organik Terpadu (KP2OT) Kota Malang untuk menggencarkan usaha-usaha kembali ke keorganikan.

Komunitas inilah yang mengajarkan upaya kembali ke organik kepada lebih banyak orang, juga menyediakan bibit, mengadakan pembinaan dan supervisi, hingga membuka pasar.

Peran Adam tidak hanya sampai di sini. Dia mulai bisa mengajak tetangga di sekitar rumahnya di RW 004 untuk beternak cacing. Kini, RW 004 Kelurahan Sukun dikenal sebagai kampung cacing karena banyak ditemukan peternak cacing lumbricus di kawasan ini.

Upaya Adam memperkenalkan cacing pun secara perlahan mengubah perilaku masyarakat setempat untuk hidup bersih dan sehat. Sebab, masyarakat pun tidak lagi membuang sampah organik ke sungai. Sekarang sampah organik disetor kepada para peternak cacing untuk dijadikan pakan cacing.

Warga RW 004 Kelurahan Sukun sekarang sudah jarang membuang kulit pisang, ampas kelapa, dan sisa makanan ke sungai. Mereka memilih menyerahkannya kepada tetangga yang mulai beternak cacing. Tanpa sadar, Adam pun mendorong warga untuk berperilaku hidup bersih dan menjaga lingkungan. Melalui cacing, Adam berusaha mengajak orang kembali menjaga alam.

(Baca juga: Contoh Makalah Pendidikan Pancasila)


TENTANG CACING

Ada 2 makhluk Tuhan yang sungguh sangat luar biasa, dan kita bersyukur atas ciptaan ini. 1 dari dunia tumbuhan, 1 dari dunia hewan. 

Dari dunia tumbuhan adalah KELAPA dimana kita bisa memanfaatkan hampir semua apa yang terkandung dalam pohon kelapa tersebut. Akar, batang, daun, buah dan air kelapa, semuanya  bermanfaat. Banyak sekali produk-produk yang dibuat di dunia industri berbahan dasar kelapa.

Nah, kalau didunia hewan diwakili oleh CACING, hewan yang sangat lemah, struktur tubuhnya sederhana, tidak punya tangan, kaki, mata dan gigi untuk mencerna makanan, makanannya adalah kotoran hewan/ limbah dapur (sisa nasi,sayur,buah,dll), menjadi makanan empuk tuk hampir semua binatang, menjijikkan sebagian orang. Sepertinya hampir semua atribut kelemahan ada pada cacing. Tetapidibalik kelemahan itulah muncul kehebatan yang mengagumkan.

Tahukah anda?

Ada beberapa prinsip yang penting dalam berbudidaya:

  • Prinsip Penyakit : Semakin sederhana struktur tubuh hewan, semakin sedikit jenis penyakit yang menyertainya.
  • Prinsip Biaya : Semakin berlimpah persediaan makanan, semakin murah biaya produksinya.
  • Prinsip Peluang Pasar : Semakin banyak hewan yang menyukainya, semakin tinggi peluang pasarnya.
  • Prinsip Perkembang-biakkan : Hewan berkelamin ganda lebih cepat perkembangannya daripada hewan berkelamin tunggal.
  • Prinsip Manfaat : Semakin tidak ada bagian/hasil yang terbuang, semakin tinggi nilai manfaatnya.
Semua prinsip itu secara alamiah sudah tercipta dan dimiliki oleh sahabat kita CACING.

Beberapa Pendapat Adam mengenai cacing:

  • Sebagai pecinta cacing, sejauh ini Adam masih belum menemukan literatur yang membahas tentang penyakit cacing.
  • Hampir semua kotoran hewan adalah makanan sehat bagi cacing, apalagi kalau dikombinasi dengan limbah dapur seperti nasi sisa, sayuran, buah dll. Biaya pakan relatif Rp 0,-, sedangkan harga jual cacing ditempat Adam adalah Rp 50.000,-/kg. Harga ini sangat stabil semenjak pertama kalinya Adam menjual setahun yang lalu dan semakin lama permintaan meningkat.
  • Beberapa pelanggan Adam, baik yang tetap/tidak tetap adalah sebagai berikut : Peternak Sidat, Peternak ikan hias,Peternak udang, Peternak Burung, Peternak Ayam Boiler, Peternak Bebek, Peternak Bullfrog, Peternak Sapi, Herbalist/pembuat jamu, Pembuat Pellet ikan, Petani Organic, Agen Pupuk Organic, Pembudidaya bunga-bungaan dan tabulampot.
  • Cacing adalah hewan hermaprodit/berkelamin ganda. Ketika 2 cacing bertemu, maka keduanya akan kawin dan masing-masing bertelur. 1 telur berisi 2 - 15 ekor anakan cacing. Setelah bertelur, cacing bisa kawin lagi dan 2 minggu kemudian bertelur lagi. Dan begitu seterusnya. Usia produktif adalah 2 - 6 bulan, selanjutnya kurang produktif. Usia cacing umumnya hingga 2 tahun, namun bisa sampai 5 tahun jika perawatan bagus.
  • Cacing termasuk pakan terbaik dibidang perikanan dan peternakan, baik disajikan dalam bentuk cacing segar maupun berupa pellet/tepung. Ekstrak cacing dipakai sebagai vaksin ayam boiler. Air rebusan cacing adalah pupuk organic cair, kotoran cacing (cascing) adalah makanan berkualitas tinggi untuk segala jenis tanaman, Cacing mengandung enzim anti demam/panas sehingga baik untuk dikonsumsi penderita tiphus/demam.  Cacing merupakan mesin pengolah sampah organic yang handal, cacing adalah penggembur dan pemulia tanah terbaik dan tercepat dan semakin anda bersahabat dengan cacing semakin banyak anda mengetahui manfaatnya.
Menurut Adam, kita bisa melakukan banyak hal, bercita-cita dan memulai sesuatu yang baru, cukup dengan memiliki segenggam cacing, sayangilah, pelajarilah, kembangkanlah dan jadikan sahabat kita.

Ketika kita ingin berbudidaya, sebaiknya jangan menjadikan cacing sebagai satu-satunya objek budidaya yang kita perdagangkan, tapi jadikanlah cacing sebagai fondasi untuk mengembangkan budidaya terpadu / integrated farming, karena budidaya cacing adalah budidaya paling dasar yang harus dimiliki sebelum mengembangkan ke budidaya yang lain, disegala bidang yang berhubungan dengan alam. Ketika kita mencintai alam, maka alam akan mencintai kita juga.

(Baca juga: Contoh Makalah Bahasa Indonesia)

BISNIS CACING, ADAM KANTONGI RP 300 JUTA SEBULAN

Pada 2010 dia meninggalkan pekerjaan di PT. Tjiwi Kimia . “Menurut saya, kalau bekerja di perusahaan, seseorang susah berkembang karena harus berhadapan dengan batasan dari sistem perusahaan tersebut. Sementara di luar begitu banyak peluang yang menanti”,  ujar Adam.

Dengan modal Rp 200.000, ayah seorang anak ini membeli indukan cacing. Selanjutnya, untuk media, dia membeli kotak kayu ukuran 40 cm x 50 cm yang ditumpuk hingga 12 tingkat. Jadi, Adam tak perlu lahan yang terlalu luas.

Bapak cacing
Adam mengaku, ketika mulai merintis budidaya cacing, dia belum mendapatkan pasar sama sekali. Hingga pada akhir 2010, dia mendapat titik terang. Seorang pemilik tempat pemancingan mendatangi peternakannya untuk memesan cacing.

Dulu, Rumah Cacing, nama peternakan cacing milik Adam, hanya bisa memproduksi lima kilogram cacing per minggu. Akan tetapi, kini, dia bisa memproduksi hingga tujuh ton cacing tanah per bulan. Omzetnya pun meningkat pesat. Dalam sebulan Adam bisa mengantongi sekitar Rp 300 juta.

Adam bilang, ia butuh proses cukup panjang untuk bisa menemui kesuksesan seperti saat ini. Setelah memasok cacing untuk beberapa tempat pemancingan di Malang, Adam semakin giat meningkatkan produksi. Nama Adam pun mulai dikenal penduduk Malang. Ia bahkan disebut-sebut orang sebagai Bapak Cacing.

Tak hilang akal, Adam menularkan ilmunya ke orang lain. Dia melakukan sosialisasi soal cacing ke masyarakat di sekitar Malang, sekaligus mengajak mereka untuk ikut membudidayakan cacing. “Saya ajak mereka untuk datang ke Rumah Cacing, lalu saya ajari cara beternak cacing,” ucap dia.

Di awal, usaha ini belum berbuah banyak. Hanya ada dua orang yang mau bergabung dengan Adam. Lalu, Adam mengembangkan sistem plasma dengan lebih terkoordinasi. Dengan sistem plasma, siapa pun yang bergabung akan mendapat pelatihan dari Rumah Cacing. Selanjutnya, Adam akan membeli hasil panen cacing dari anggota plasma.

Sampai saat ini, Adam sudah memiliki sekitar 1.600 anggota plasma. Namun, tidak semua anggota bisa konsisten memasok cacing padanya. “Dari keseluruhan jumlah anggota, sekitar 700 orang aktif menjual hasil panennya pada saya,” kata dia.

Suami Heni Nur Rahmania ini bilang, dalam sehari bisa disambangi sekitar 100 orang yang ingin belajar budidaya cacing. Adam menuturkan, budidaya cacing sebenarnya sangat gampang. Lagipula tingkat keberhasilan budidaya cacing hampir 100 persen. Hanya, informasi mengenai peluang budidaya cacing masih tergolong sedikit.

Selain mengandalkan pasokan dari anggota plasma, Adam pun masih terus memproduksi cacing. Bedanya, sekarang ia sudah memperkerjakan delapan orang karyawan. Kandang cacing pun sudah tak menggunakan kotak kayu lagi. Adam membangun 100 kolam yang dibuat dari batubata.

Pengusaha tak bisa berhenti
Menanggalkan status  karyawan di perusahaan besar bukan hal mudah bagi Abdul Azis Adam Maulida. Kedua orang tuanya sempat menentang. Maklum, mereka bekerja sebagai pegawai negeri sipil. Jadi ketika Adam mengungkapkan keinginan untuk menjadi pengusaha, langsung tak mendapat respons baik dari orangtuanya.

Namun tekad Adam sudah bulat, meski dia sadar, usahanya tak langsung besar dalam sehari. “Setidaknya saya keluar dari sistem perusahaan dan bisa menciptakan sistem saya sendiri dengan potensi yang saya punya,” tutur Adam.

Dia berpesan, pengusaha harus terus berkembang. Tak ada lagi batasan yang menghalangi untuk berkembang selain diri sendiri. “Pelajari dulu peluang usaha. Kalau memang bagus, terus kembangkan, jangan berhenti karena pengusaha tak boleh mandek,” tegasnya.

Adam menegaskan peluang berbudidaya cacing masih sangat terbuka. Pembeli cacing sangat beragam, mulai pengusaha perikanan, peternak unggas hingga industri kosmetik dan farmasi. Tahun ini, Adam ingin menyasar industri farmasi. Namun, dia ingin membenahi produksinya sebelum memasok pasar baru. “Saya akan menambah anggota plasma untuk mendongkrak produksi,” ucap dia.

Adam menambahkan, dari budidaya cacing, ia bisa mengembangkan banyak potensi bisnis yang lainnya. Sejauh ini, Adam sudah merintis berbagai usaha yang masih berhubungan dengan bisnis utamanya. Misalnya saja, kebun jahe organik yang dikembangkan dengan pupuk dari kotoran cacing.

Selain itu, dia memiliki peternakan kambing, ayam, dan empang ikan yang akan mengonsumsi cacing untuk penggemukan. “Saya ingin kembangkan lebih banyak lagi dan saya juga memotivasi anggota plasma untuk sama-sama berkembang,” ungkap dia.

(Baca juga: Contoh Makalah Pendidikan Agama Islam)

FOTO BUDIDAYA PERTANIAN TERPADU

Berikut ini sekilas suasana Budidaya Pertanian Terpadu:

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing


Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing


Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing


Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing


Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing


Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing


Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing



CARA MEMULAI BUDIDAYA CACING

5        Langkah Memulai Budidaya Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus):
1.    Buat rumah cacing tanah.
2.    Persiapkan media/lingkungan cacing.
3.    Persiapkan makanan yang dibutuhkan.
4.    Pengadaan indukan cacing.
5.    Lakukan perawatan rutin.

·         Buat rumah cacing tanah

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing

Sistem Jedingan, di sini kita dapat memasukkan 5 kg bibit dalamnya.

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing

Rak kayu, masing-masing dapat menampung 3 sampai 5 kg bibit.

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Pemanfaat kolam bekas ikan

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Bisa juga menggunakan lahan pekarangan yang ada di rumah

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Menggunakan Rak di Garasi

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Lahan Seadanya

·         Mempersiapkan Media / lingkungan / tempat hidup cacing
Syarat Media yang baik, diantaranya :
Ø Gembur
Ø Organik
Ø Lunak 
Contoh Media yang digunakan, diantaranya adalah:

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Log Jamur, adalah limbah hasil budidaya jamur. Saat ini kami menggunakannya sebagai media utama, karena log jamur memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan media lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan cacing.

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Tanah, namun bukan sembarang tanah, usahakan tanah yang mengandung banyak unsur hara. Biasanya terdapat pada tanah humus.

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Gergajian Kayu, limbah hasil gergajian, cukup bermanfaat namun perlu dicampurkan air terlebih dahulu.

Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing
Cacahan Batang Pisang, yakni menggunakan Batang yang telah dicacah namun biasanya juga ditambahkan tanah.

·         Persiapkan makanan yang dibutuhkan
Macam-macam makanan yang diberikan untuk Cacing, diantaranya :
a.       Limbah Organik Rumah Tangga
Limbah rumah tangga contohnya adalah nasi yang sudah basi, kulit buah, sayuran yang tidak termakan, kupasan kulit kentang, wortel, bawang, batang kangkung, dll.
b.      Limbah Organik Home Industri
Limbah Home industri contohnya log jamur, limbah di pasar tradisional, limbah kulit buah, limbah hasil dapur rumah makan, dll.
c.       Limbah Organik Peternakan
Limbah peternakan seperti kotoran sapi, kambing, ayam dengan catatan diberi air terlebih dahulu agar tidak panas, atau bisa diberikan prebiotik agar tidak bau.
d.      Limbah Organik Lingkungan
Limbah dari dedaunan yang gugur bisa langsung diberikan dan juga bisa dikompos terlebih dahulu

Cara pemberian pakan  ada tiga cara antara lain diberikan secara langsung, dibusukkan terlebih dahulu dan difermentasi terlebih dahulu, fermentasi berarti memberikan “tetes tebu” untuk meningkatkan jumlah bakteri dalam makanan.
Tugas Kuliah, Makalah Kewirausahaan, Pengusaha Cacing Tanah, Ilmu Komunikasi, Fisip, Budidaya Cacing

·         Pengadaan indukan cacing
Pengadaan indukan, bisa dibeli langsung dari peternak cacing itu sendiri, hal ini lebih baik dibandingkan mencari sendiri di alam, karena kemampuan berkembang biak tidak bagus dan kadang tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

·         Lakukan perawatan rutin
Perawatan yang dimaksud dengan, pemberian pakan secara rutin minimal seminggu sekali tetapi akan lebih baik jika dilakukan setiap hari. Selain itu banyak beberapa hama yang mengganggu proses budidaya, diantaranya adalah semut, kutu tanah, orong-orong, rayap,  tikus, kadal, katak, tokek, dll. 
      
           Langkah membasmi hama antara lain :
·         Jaga kebersihan lingkungan
·         Antisipasi semut : dengan kapur semut, cairan odol, baygon
·         Antisipasi tikus/kadal : jedingan ditutup dengan kasa/jaring
·         Antisipasi Kutu tanah : fermentasi media
            

MASA PANEN

1.      Umumnya panen dilakukan setelah 4 bulan penanaman bibit.
2.      Ada saat panen, cacing yang diambil adalah sekitar 25% dari jumlah cacing yang ada.
3.      Ukuran biomass cacing yang dipanen bebas.
4.      Media bekas panen cacing (kascing) bisa dikembalikan ke jedingan, atau langsung dikemas untuk dijual.

PEMESANAN PRODUK DAN PELATIHAN BUDIDAYA

Untuk melakukan pemesanan produk (Cacing, Lele, Sidat, Kascing, Sayuran Organik) maupun kerjasama Pelatihan Budidaya silahkan menghubungi di nomor: 0341-5366267 / 085755699111 / 087759728940 atau mendatangi langsung lokasi Budidaya Pertanian Terpadu di Jl. S. Supriyadi 9A/42,RT 07 - RW 04, Sukun - Malang - Jawa Timur.

Sumber artikel : rumahcacing.blogspot.co.id

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Bintang Kampus | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com