Blog yang berisi panduan, informasi, dan tips-tips tentang dunia perkuliahan yang bisa membantumu agar jadi Bintang Kampus

Rabu, 02 Agustus 2017

Pandangan dan Analisis Perihal Kedaulatan Bahasa Indonesia

Kalau kita ingin membicarakan tentang Bahasa Indonesia, mau tidak mau kita harus membicarakan perkembangannya yang berawal dari Bahasa Melayu sebagai sumber Bahasa Indonesia yang kita gunakan sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari Bahasa Melayu yang sejak dahulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara, bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara.

Tugas kuliah, bintang kampus, bahasa indonesia
Sumber : Unsplash.com
Bahasa Melayu dalam bentuk Bahasa Melayu kuno sudah dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya yang pembuktiannya berdasarkan penemuan prasasti kuno dan bahasanya menggunakan bahasa Melayu Kuno. Pada waktu itu, Bahasa Melayu oleh Sriwijaya berfungsi sebagai bahasa kebudayaan yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan hidup dan sastra, sebagai bahasa perhubungan antarsuku di Indonesia, sebagai bahasa perdagangan terutama di sepanjang pantai, dan sebagai bahasa resmi kerajaan.

Pada tanggal 28 Oktober 1928, para pemuda kita mengikrarkan Sumpah Pemuda yang salah satu isinya merupakan pernyataan tekad kebahasaan yang menyatakan bahwa kita, Bangsa Indonesia, menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu Bahasa Indonesia. Dengan demikian, resmilah Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia.

Pertanyaannya adalah mengapa Bahasa Melayu yang dipilih menjadi Bahasa Indonesia. Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah karena Bahasa Melayu merupakan bahasa kebudayaan, bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan, serta sistemnya yang sederhana, mudah dipelajari karena tidak dikenal tingkatan bahasa. Selain itu, suku-suku yang ada di Indonesia dengan sukarela menerima Bahasa Melayu menjadi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

Perkembangan Bahasa Indonesia saat ini semakin baik, apalagi dengan makin diminatinya Bahasa Indonesia oleh  masyarakat internasional. Bahkan Bahasa Indonesia pun saat ini menjadi bahan pembelajaran di negara-negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, Cina, dan Korea Selatan. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik dan penuh perhitungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah masalah jati diri bangsa yang diperlihatkan melalui jati diri bahasa. Pepatah berkata, “Bahasa menunjukkan bangsa”.


Bahasa Indonesia mempunyai ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tertentu yang membedakannya dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia ini, baik bahasa asing maupun bahasa daerah. Oleh karena itu, ciri-ciri umum dan kaidah-kaidah pokok tersebut merupakan jati diri Bahasa Indonesia. Akan tetapi, sekarang pertanyaannya apakah orang indonesia sendiri bangga akan bahasanya sendiri? Jawaban untuk pertanyaan ini tentulah ada di dada masing-masing orang yang menganggap, mengaku, dan menjadikan dirinya sebagai bagian dari Bangsa Indonesia.

Saat ini masyarakat sudah mulai mencampur Bahasa Indonesia dengan bahasa asing dalam pemakaian bahasa sehari-hari. Tentu dalam konteks pembicaraan non-formal alias bahasa gaul, hal ini tidak menjadi suatu masalah yang signifikan, namun yang disayangkan pemakaian bahasa gaul juga biasa terjadi pada sebuah forum ilmiah, media massa, kuliah, seminar, dan forum formal lain. 

Jika kita menilik apa penyebab utama mengapa fenomena ini terjadi adalah kebiasaan orang Indonesia pada umumnya yang mengagungkan semua hal yang berbau internasional, luar negeri, atau dapat dibilang berbau barat. Dengan kata lain, secara kasar orang Indonesia kurang bangga dengan bahasa dan budayanya sendiri. Pemakaian bahasa dan budaya asing dirasa lebih keren dan dapat diterima dalam pergaulan.

Fenomena negatif yang masih sering terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yaitu banyak orang Indonesia memperlihatkan dengan bangga kemahirannya menggunakan Bahasa Inggris, walaupun mereka tidak menguasai Bahasa Indonesia dengan baik. Merasa malu apabila tidak menguasai bahasa asing (Inggris) tetapi tidak pernah merasa malu dan kurang apabila tidak menguasai Bahasa Indonesia.

Menganggap remeh Bahasa Indonesia merasa dirinya lebih pandai daripada yang lain karena telah menguasai bahasa asing (Inggris) dengan fasih, walaupun penguasaan Bahasa Indonesianya kurang sempurna. Fenomena ini terkesan menelanjangi identitas kebangsaan kita. Seakan Bahasa Indonesia tidak bisa terlihat lebih baik dibanding pemakaian bahasa asing, dalam kasus ini Bahasa Inggris.


Hampir di setiap gedung-gedung megah di Indonesia, terpampang tulisan-tulisan asing sebagai lambang kemodernan, sedangkan pemakai Bahasa Indonesia dianggap kampungan atau tidak keren dan telah ketinggalan zaman. Sikap yang demikian ini tentu akan melunturkan citra dan identitas bangsa.

Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar di zaman sekarang sungguh memprihatinkan. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang, memaksa kaum muda di zaman sekarang menjadi kurang memperdulikan penggunaan Bahasa Indonesia yang tepat. Anak muda sekarang lebih cenderung menggunakan bahasa atau ungkapan yang sedang ngetrend di seluruh dunia. Pengaruh sosial media dapat memenuhi aspek fungsi definisi Bahasa Indonesia yang tepat. Sehingga ini membuat kedudukan Bahasa Indonesia semakin terjepit.

Mungkin dengan adanya tuntutan hidup di era globalisme, maka masyarakat dituntut pula untuk dapat “bergaul” secara global. Namun pada akhirnya dalam pergaulannya, masyarakat kehilangan identitas kebangsaannya, Bahasa Indonesia. Hal tersebut semakin mendekatkan kita pada detik-detik pudarnya bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, sepantasnyalah Bahasa Indonesia itu dicintai dan dijaga.

Kita sering mendengar orang berdalih bahwa berbahasa itu yang terpenting lawan berbicara dapat memahami informasi yang kita sampaikan, dan tidak harus menggunakan bahasa yang baik dan benar sebagaimana yang diatur dalam Bahasa Indonesia. Pretensi itu berkembang menjadi sebuah aksioma di tengah masyarakat. Dampaknya, Bahasa Indonesia menjadi terabaikan. Sepanjang sejarah Bahasa Indonesia selalu mengalami perkembangan.

Dalam perkembangannya Bahasa Indonesia tidak menampik kenyataan terhadap masuknya bahasa lain. Justru bahasa-bahasa yang masuk itu dapat memperkaya Bahasa Indonesia terutama dari segi perbendaharaan kata. Sungguhpun Bahasa Indonesia diperkaya oleh bahasa lain, tetapi tidak sampai pada struktur bahasa secara keseluruhan. Karena itu, Bahasa Indonesia tetap dapat menunjukkan jati dirinya. Kenyataan memang tidak dapat dipungkiri.


Kendati telah ditetapkan aturan baku tentang penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar (formal), tetapi aturan tersebut masih diingkari oleh sebagian masyarakat kita. Bahkan, gejala merendahkan bahasa sendiri semakin nyata. Hal ini dapat kita lihat dari perilaku berbahasa masyarakat kita dewasa ini. Sikap Bangsa Indonesia terhadap Bahasa Indonesia cenderung ambivalen, sehingga terjadi dilematis. Artinya, di satu pihak kita menginginkan Bahasa Indonesia menjadi bahasa modern dan dapat mengikuti perkembangan zaman serta mampu merekam ilmu pengetahuan dan teknologi global, tetapi di pihak lain kita telah melunturkan identitas dan citra diri itu dengan lebih banyak mengapresiasi bahasa asing sebagai lambang kemodernan.

Tugas Kuliah, Bintang Kampus, Bahasa Indonesia yang salah
Sumber : Dokumen Pribadi
Contoh penggunaan Bahasa Indonesia yang saya temukan di kampus saya sendiri yang menyalahi tulisan kata serapan, kata yang diambil dari bahasa asing (Inggris). Contoh kata di gambar adalah “Rengking Satu”, meskipun pengucapannnya memang seperti itu namun dari penulisan hal ini salah. Seharusnya penulisannya menjadi ranking satu.

Atas dasar itu, tidak heran jika para remaja masa kini lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul sebagai bagian dari hidupnya jika mereka tidak ingin disebut ketinggalan zaman. Interaksi global dalam berbagai bidang dewasa ini tidak bisa dihindari. Akibatnya proses transaksi nilai-nilai global dengan sendirinya juga akan terjadi.

Pentingnya kesadaran dari diri kita sendiri terhadap penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sepanjang kita berada di wilayah Negara Indonesia, merupakan suatu keniscayaan untuk tetap mempergunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah. Hal ini juga mempertegas kecintaan kita terhadap bahasa kita sendiri agar identitas bangsa kita lebih dihargai dalam skala internasional. Sehingga tidak menutup kemungkinan, Bahasa Indonesia dapat menjadi bahasa Internasional di masa mendatang.

Solusi yang dapat ditawarkan adalah dengan menggalakkan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar minimal pada fasilitas publik yang sering dilihat masyarakat luas. Sehingga Bahasa Indonesia dapat lebih populer di mata masyarakat sendiri. Meskipun solusi tersebut dirasa sulit untuk diterapkan secara langsung, namun hendaknya dilakukan secara bertahap, mulai dari yang paling mudah terlebih dahulu.


Pemerintah harus dapat menyadarkan masyarakat betapa pentingnya kita menjaga Bahasa Indonesia yang dapat diterapkan melalui kebijakan-kebijakan strategis, karena pemerintah dalam hal ini menjadi regulator di negara ini. Inti awalnya adalah bagaimana Bahasa Indonesia dapat dipakai secara luas dan baik di tempat umum, media massa, dan merk dagang. Sehingga secara tidak langsung masyarakat dapat mengetahui mana bahasa yang baik dan tidak. Dan pada akhirnya solusi ini dapat menyeluruh pada setiap lapisan masyarakat.

Terdapat suatu wacana bahwa Bahasa Indonesia sendiri akan mempunyai sebuah tes kemahiran (seperti TOEFL pada Bahasa Inggris) yang akan diterapkan pada warga asing yang akan tinggal di Indonesia. Tentu hal ini merupakan kabar baik karena sudah ada standar kemahiran berbahasa Indonesia, namun jika Bangsa Indonesia sendiri tidak dapat menghargai Bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsanya, maka lambat laun bahasa ini akan mati.

Itu tadi adalah artikel mengenai Kedaulatan Bahasa Indonesia yang bisa BintangKampus jelaskan.

1 komentar:

Copyright © Bintang Kampus | Powered by Blogger
Design by Viva Themes | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com